Home » » Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Penjelasan Terlengkap)

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Penjelasan Terlengkap)

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) - Menurut Richart Winter ada enam karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kritik reflektif, kritik dialektis, kolaboratis, risiko, susunan jamak dan internalisasi teori dan praktik.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut:

Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Kritik Refleksi

Salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis

Dengan adanya kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas dan ;(b) struktur yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif

Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya.

Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara pada anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandangan yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul.

Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dati kolaborator dipergunakan atau tidak.

Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksanaan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Risiko

Dengan adanya ciri risiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil risiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Risiko yang mungkin ada di antaranya: melesetnya hipotesis dan adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari pra kolaboratir dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan jamak

Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal penelitinya. Akan tetapi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, pasrtisipatif atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai dan sebagainya.

6. Interalisasi Teori dan Praktik

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) keberadaan antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvensional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.

(Referensi: Penelitian Tindakan Kelas, Dr. Iskandar, M. Pd.)
Thanks for reading Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Penjelasan Terlengkap)

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Post a Comment